FB

Main Game Mencerdaskan atau Merugikan?

Saturday, November 6, 2010

Jika ditanya “Siapa sih yang nggak kenal game elektronik? Siapa sih yang nggak suka main game elektronik?”. Mungkin mayoritas jawabannya adalah tidak dan suka bermain game elektronik. Memang saaat ini game sudah tidat bisa lepas dengan dunia kita sehari-hari, terutama yang masih pelajar. Dapat disimpulkan mayoritas pelajar di Indonesia hoby bermain game, dari jenjang SD hingga pergusuan tinggi. Dengan bermain game dapat menurunkan kadar stres dalam otak, atau dapat pula hanya untuk membuang waktu luang agar tidak terasa suntuk.
Dunia game memang sebuah dunia yang mengasikkan untuk dijelajahi. Apalagi sebuah game adventure/petualangan yang menyajikan berbagai jalan cerita yang membuat gamers/pemain bertanya-tanya akan ada apa di petualangan berikutnya.
Game olahraga, dance, dan berbagai game lainnya juga memberikan rasa penasaran yang tak kalah hebatnya dengan bayang-bayang fitur apa ayang akan muncul setelah menyelesaikan suatu tugas.

Titik fokus utama dari sebuah game elektronik adalah membuat sang pemain merasa penasaran dengan kelanjutan game tersebut. Pasti lah jika kita sudah penasaran akan selalu terngiang akan hal itu. Begitu pula dengan game, ketika kita penasaran dengan kelanjutan cerita game tersebut maka pastilah muncul perasaan untuk memainkan game itu lagi. Semakin menarik tampilan dan fitur suatu game maka semakin penasaranlah para pemain game untuk mengetahui jalan terakhir game tersebut. Tanpa sadar para pemain tersebut akan mengalami kecanduan game, ia hanya akan berfikir untuk terus bisa bermain game hingga melupakan sholat/ibadah, mandi, makan, dan bersosialisasi dengan lingkungan luar dalam dunia nyata.
Game bisa dikatakan seperti pisau bermata dua. Bila digunakan dengan baik dan sesuai dosis maka akan menjadi sebuah sarana hiburan yang menarik. Namun bila tidak bisa membatasi diri maka akan kecanduan, kemudian mulailah muncul berbagai efek negatif bermain game tersebut. Banyak orang tua yang bilang kalau game itu tidak bermanfaat, namun berbeda pula dengan remaja yang menganngap bahwa game itu sangat bermanfaat. Kedua op[ini tersebut tidak bisa disalahkan karena memang nyata bahwa game memiliki efek positif dan juga efek negatif.

Dampak Positif Bermain Game
Mungkin selama ini yang jarang bermain game hanya berfikiran bahwa game itu hanya bernilai negatif, merusak pola hidup sehat dan sosial masyarakat. Hal itu dapat dibantah karena dengan bermain game, pemain dapat bersosialisasi dengan teman bermain game yang lain, bisa dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan sarana Live Chating yang sudah marak disediakan di game online, antar pemain dapat saling berinteraksi. Dari chating tersebut bisa juga mendapat rekanan bisnis atau pacar lho, sudah banyak yang membuktikannya.
Gamer yang juga memiliki kemampuan lebih juga telah banyak yang direkrut menjadi pegawai dari sebuah perusahaan development game. Ada yang menjadi programmer, analisator, atau menjadi game tester (orang yang menguji kelayakan game sebelum diluncurkan kepasaran).

Dampak Baik (Positif) Main Game Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

1. Menambah teman melalui dunia maya.
2. Mendapat pekerjaan di perusahaan game sambil meneruskan hobi bermain game.
3. Dapat meningkatkan kecerdasan otak dalam memilih keputusan, kecepatan mata untuk merefleksikan sesuatu, serta keterampilan dan reflek tangan (jika game yang dimainkan adalah game yang baik).
4. Bisa dimanfaatkan untuk pasien penyakit atau gangguan kesehatan tertentu.
5. Dapat menghilangkan stress, rasa bosan, serta menekan kebiasaan buruk seseorang.

Dampak Negatif Bermain Dame
Untuk yang satu ini, pasti langsung banyak hal yang terbayang di dalam otak pembaca. Memang untuk dampak negatif banyak sekali yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari kita (memang ni mata lebih sensitif liat yang nagatif daripada yang positif, hehe). Hal negatif yang paling mendasar dari bermain game adalah efek kecanduan bermain. Karena ketertarikan terhadap game tersebut, gamers terbawa suasa perasaan untuk terus bermain game, mengutamakan bermain game diatas segalanya. Jika sudah hingga tahap ini akan merembet ke berbagai dampak negatif lainnya.
Dari kecanduan game, banyak pelajar yang lebih memilih pergi ke rental komputer/game center pada jam sekolah (cabut sekolah) daripada mengikuti pelajaran sekolah. Terlebih lagi game center manyediakan paket hemat pada pagi hari untuk menyedot minat pelajar. Tentu saja ini berita baik untuk yang ketagihan game tapi berita buruk untuk orang tua (sadar lah kalian, ortu nyari uang buat pendidikan kalian tapi malah dibuang gitu ja buat kesenangan sesaat).
Kelanjutan dari kecanduan ini adalah seringnya berinteraksi dengan game dan orang-orang di game center yang tentunya dari berbagai kalangan akan mempengaruhi tingkah laku dan psikologi orang tersebut. Gaya bahasa dan perilaku gamer akan mengikuti apa yg ada di dalam game seperti swt, gg, sob, lol dan masih banyak lagi serta mudah mengatakan kata-kata kotor/cacian kepada orang lain. Perilaku yang introvert akibat berkurangnya sosialisasi dengan orang lain dalam dunia nyata. Yang paling parah adalah emosional yang labil sehingga cenderung bersikap anarkis meniru karakter dalam game yang dimainkannya.

Dampak Buruk (Negatif) Main Game Bagi Kesehatan Fisik dan Mental

1. Dapat menyebabkan cedera pada anggota tubuh manusia. Jika sering terjadi maka menyebabkan Repetitive Strain Injury (RSI) atau cedera fisik berulang-ulang. Contoh : Cedera jari sehingga bengkak dan sakit yang berulang terus-menerus.
2. RSI yang sering terjadi bisa menyebabkan kecacatan / cacat fisik pada seseorang. Contoh : seting pegal-pegal nyeri tulang belakang bisa membuat bentuk tulang belakang menjadi tidak proporsional.
3. Sinar biru layar tv atau monitor bisa menyebabkan kerusakan mata, yaitu mengikis lutein pada mata sehingga menyebabkan pandangan kabur degenerasi makula.
4. Main game yang terlalu dekat dengan layar monitor komputer atau layar telavisi bisa menyebabkan mata minus rabun jauh atau miopi. Tidak hanya dari game namun juga bisa menyerang pada saat nonton televisi.
5. Kilatan-kilatan cahaya dengan pola tertentu pada game bisa memicu epilepsi (ayan) pada penderita potensial.
6. Dapat menyebabkan penyakit maag jika sering lupa makan rutin saat asyik bermain game.
7. Dapat menyebabkan stress jika menglami kegagalan bermain game maupun stress karena kurang waktu untuk berhubungan sosial.

Jika ditanyakan “Siapa yang salah? Gamers, Game Developer, game Center, atau Orang Tua?”. Tiap-tiap pihak tersebut bisa saja menjadi pemicu dari kebobrokan generasi muda yang terjerat game bila mereka tidak memerankan tanggung jawabnya dengan baik. Game developer wajib menyertakan rating dari game tersebut agar bisa dimainkan sesuai dengan umur pemain. Game center juga perlu membuat peraturan-peraturan akan jam bermain maupun tatakrama ketika bermain. Orang tua pun wajib mengawasi, memantau dan menyeleksi apa saja yang anaknya kerjakan dalam keseharian terutama aktifitas main game. Untuk gamer, bijaklah dalam bertingkah laku, bermain game disaat yang lenggang dan sekedar refreshing saja, jangan sampai menjadi sebuah kebutuhan “hidup untuk main game karena game diciptakan untuk kehidupan manusia”. Bagaimana dengan pendapat para pembaca????

0 comments: